Negeri kita Indonesia ini adalah sebuah negeri Agraris, yang sangat kaya akan sumberdaya alamnya, bahkan Gombloh mengumpakan dengan Negeri surga yang bahkan tongkat kayu dan batu bisa jadi tanaman...
Ragam Pertanian Indonesia
Namun suburnya tanah kita tidak dibarengi dengan kemajuan bidang pertaniannya...
Saat ini pertanian dan kelautan kita
belum bisa dikatakan maju. Impor beras masih terus berlangsung. Bahkan
buah-buahan seperti jeruk pun harus di impor dari luar. Padahal kita
kaya akan varietas jeruk. Kementerian Perdagangan mencatat China
merupakan negara sumber impor produk buah dan sayuran terbesar bagi
Indonesia. Sepanjang tahun 2012 lalu, impor dua jenis produk tersebut dari
China mencapai sekitar 600 juta dollar AS (Kompas.com, 11/05/2012).
Sangat ironi...
Dengan
kata lain, potensi besar negara kita-pertanian dan perikanan-belum
mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Parahnya, garam dan ikan masih
impor, padahal laut kita sangat luas dan punya pantai yang panjang.
Salah satu sebabnya adalah minimnya ahli di bidang garam. Minimnya ahli
di bidang itu dikarenakan orang-orang pintar negeri ini tidak mau/suka
dengan jurusan kelautan. Indonesia dikenal dengan negara maritim yang
hampir 2/3 wilayahnya adalah perairan. Namun menjadi ironis ketika
sebagai negara perairan justru harus mengimpor ikan.
Dalam
bidang peternakan nyatanya kita juga masih impor daging sapi.
Swasembada daging sapi sudah lama didambakan mulai dari tahun 2005,
kemudian direvisi menjadi tahun 2010, namun belum juga tercapai. Dan
diharapkan tercapai pada tahun 2014. Kita punya fakultas peternakan,
sarjana peternakan, tapi sepertinya tak kelihatan kontribusinya. Percuma
saja negara kita punya potensi untuk peternakan tapi kita belum mampu
memenuhi permintaan masyarakat kita sendiri.
Pihak
fakultas juga jangan hanya bertahan dalam status quo. Harus ada
terobosan baru yang dinamis, mengingat perkembangan jaman yang begitu
cepat. Berikan kualitas yang terbaik, pengajar (dosen) yang
berpengalaman, teknologi yang tercanggih, pelatihan atau pertukaran
antar mahasiswa dalam dan luar negeri untuk meningkatkan mutu program
studi. Fasilitas fakultas sangat menentukan kemajuan bidang studi
bersangkutan. Meskipun fakultas tak populer, tapi kalau fasilitas yang
disebutkan tadi sudah memadai pada akhirnya orang-orang akan mengakui
juga.
tapi apa jadinya bila pertanian sepi peminat, siapa
lagi yang harus turun pada bidang itu. Bukankah negara kita pernah gagal
dalam swasembada beras? Kala itu, Soeharto ingin menggeser Indonesia
menjadi negara industri. Fokus pembangunan ekonomi lebih banyak
diarahkan pada sektor industri dan jasa. Maka terjadilah krisis ekonomi
di tahun 1990-an. Tak mengherankan, Bung Karno dalam salah satu
pidatonya pernah mengatakan pangan adalah persoalan hidup matinya
bangsa. Dengan kata lain, memahami ilmu pertanian–pangan: beras, daging,
susu, telur, ikan, dsb–berarti dapat mengatasi persoalan kehidupan
bangsa.
Indonesia
bisa maju kalau kita sungguh-sungguh memikirkan dan menggeluti bidang
yang sepi peminat itu. Negara kita sudah lama mendambakan swasembada
beras, swasembada daging, dan swasembada hasil kelautan.
Maka dari ini muncullah Agribisnis sebagai
usaha untuk membangkitkan sektor pertanian dan paling tidak, tetap ada Ahli
Pertanian yang nantinya muncul dari lulusan Agribisnis ini..
Agribisnis muncul sebagai ilmu
pengetahuan yang berkembang melalui keterpaduan berbagai sektor ekonomi yang
bersumber dari sumber daya hayati. Agribisnis adalah sistem yang terintegrasi
pada aktivitas produksi usahatani (on farm) dan pendukungnya
(sarana produksi pertanian seperti benih, pupuk dan alat mesin
pertanian), pengolahan hasil pertanian (agroindustri), distribusi dan pemasaran
hasil pertanian, serta kelembagaan pendukung (penyuluhan, komunikasi dan
informasi, pembiayaan, investasi, birokrasi).
Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian
atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di
hilir. Penyebutan "hulu" dan "hilir" mengacu pada pandangan pokok bahwa
agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain). Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi
bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis
mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.
Dalam konteks manajemen agribisnis di dalam dunia akademik, setiap
elemen dalam produksi dan distribusi pertanian dapat dijelaskan sebagai
aktivitas agribisnis. Namun istilah "agribisnis" di masyarakat umum
seringkali ditekankan pada ketergantungan berbagai sektor ini di dalam
rantai produksi.
Istilah "agribisnis" diserap dari bahasa Inggris: agribusiness, yang merupakan portmanteau dari agriculture (pertanian) dan business (bisnis). Dalam bahasa Indonesia dikenal pula varian anglisismenya, agrobisnis.
Kegiatan budidaya merupakan inti (core)
agribisnis, meskipun suatu perusahaan agribisnis tidak harus melakukan
sendiri kegiatan ini. Apabila produk budidaya (hasil panen) dimanfaatkan
oleh pengelola sendiri, kegiatan ini disebut pertanian subsisten, dan
merupakan kegiatan agribisnis paling primitif. Pemanfaatan sendiri dapat
berarti juga menjual atau menukar untuk memenuhi keperluan sehari-hari.
Dalam perkembangan masa kini agribisnis tidak hanya mencakup kepada
industri makanan saja karena pemanfaatan produk pertanian telah
berkaitan erat dengan farmasi, teknologi bahan, dan penyediaan energi.
Maka dari itulah, pilihan ada ditangan Anda. Mau dibawah kemana nasib indonesia kedepan, tergantung dari pertaniannya, bila pertanian maju, maka Indonesia pasti akan maju. Mau Indonesia Maju, maka majukankanlah bidang pertaniannya, yang pastinya juga harus diikuti dengan Ilmu pengetahuan dan Teknologi yang saling mendukung satu sama lain... dan pastinya semua itu tidak bisa digapai hanya dengan duduk dan termenung, Amati, pelajari, cari solusi, buatlah inovasi...